dailykota.com – Poso kembali bergemuruh dengan semangat anak mudanya! Dari tanggal 8 hingga 10 Agustus , sembilan komunitas kreatif Poso bersatu dalam sebuah kegiatan kolaboratif yang belum pernah ada sebelumnya. Dengan tajuk , acara ini menjadi ajang perayaan hasil keras selama delapan bulan, yang melahirkan karya-karya luar biasa dengan tiga tema utama: , lingkungan, dan kebudayaan.

Komunitas-komunitas yang terlibat dalam Kemping Padu Satu mencakup Komunitas Kayuhitam, Tidak Production, Kurang Kreatif, Okotaka, Orang Tokorondo, Dongeng Poso, Mosikola Teologi, Jelajah Budaya, dan Poso Scooter. Mereka berhasil mendapatkan hibah partisipatif dari JISRA Global. Sebuah konsorsium lintas negara yang mendukung aksi lintas agama, yang di selenggarakan oleh Institut Mosintuwu. Dukungan ini menjadi bahan bakar yang menghidupkan kolaborasi kreatif mereka, menyatukan berbagai ide dan karya dalam satu panggung.

Tak kurang dari 100 anak muda lintas agama dan suku dari 27 desa turut hadir dalam kemping ini. Mereka datang dari berbagai latar belakang, mulai dari anggota komunitas, hingga mahasiswa dan pelajar dari Tinggi Agama Islam, SMA Negeri Harmoni, serta komunitas Saya Pilih Bumi. Bersama-sama, mereka menjelajahi berbagai kegiatan seru. Seperti jelajah budaya, seminar, , hingga pementasan dongeng dan musik, yang semua di rancang untuk memperkuat jalinan persaudaraan dan merayakan keberagaman.

Komunitas Kayuhitam memproduksi film yang menyentuh tentang hubungan keluarga Muslim dan Kristen di Poso pasca konflik kekerasan, melibatkan anak muda dari kedua agama sebagai kru dan pemeran. Komunitas Tidak Production, yang terdiri dari fotografer berbakat, menghasilkan 100 foto yang bercerita tentang toleransi, budaya, dan lingkungan di Poso. Di sisi lain, Komunitas Okotaka dan Orang Tokorondo, yang berasal dari wilayah mayoritas Kristen dan Islam, bergandengan tangan dalam upaya mengatasi masalah dan plastik sekali pakai.

Komunitas Dongeng Poso tak ketinggalan, mereka bekerja keras untuk menjaga agar cerita rakyat tetap hidup melalui pementasan Panggung Dongeng Poso. Sementara itu, Komunitas Kurang Kreatif merangkul musisi lokal dari berbagai genre untuk menciptakan album mini bertema toleransi, budaya, dan lingkungan. Hasil-hasil inilah yang menjadi highlight dalam Kemping Padu Satu.

Kemping ini tak hanya menjadi ajang pamer karya, tetapi juga menjadi momentum penting bagi anak muda Poso untuk terus berkolaborasi demi masa depan yang lebih damai dan adil. Dewi Tadonggu, Ketua Kemping Padu Satu, dengan bangga menyatakan bahwa acara ini akan menjadi inspirasi bagi anak muda lintas agama di Poso untuk terus berkarya.

“Kemping Padu Satu ini adalah panggilan bagi kita semua, anak muda Poso, untuk terus bergerak maju, merangkul perbedaan, dan bersama-sama membangun Poso yang lebih baik,” ujar Dewi dengan semangat.

Dewi juga menekankan pentingnya menjaga lingkungan dalam acara ini, meminta semua peserta membawa tumbler atau kotak makanan sendiri demi menciptakan acara yang bebas sampah plastik.

Kemping Padu Satu akan mencapai puncaknya pada Sabtu, 10 Agustus 2024, dengan peluncuran album musik “SatuAra,” menampilkan musisi-musisi lokal Poso. Sehari sebelumnya, film “Sekandung Badan” hasil produksi Komunitas Kayuhitam juga akan di luncurkan, menambah kemeriahan acara.

Jadi, siapkah kamu bergabung dan menjadi bagian dari sejarah baru anak muda Poso? Kemping Padu Satu adalah panggung bagi kreativitas, keberagaman, dan masa depan yang lebih cerah! (*)